Rabu, 20 Maret 2013

PERSEPSI DAN SENSASI



PERSEPSI DAN SENSASI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

            Sebagai makhluk sosial, manusia pasti membutuhkan interaksi dengan manusia lainnya di dalam kehidupannya. Dalam berinteraksi dengan orang lain, tentunya banyak mengalami proses komunikasi antara diri kita dengan orang lain tersebut begitu juga sebaliknya. Dari proses komunikasi tersebut terdapat informasi yang kita tangkap secara stimultan. Proses inilah yang disebut dengan sensasi. Sedangkan proses memaknai sensasi yang ditangkap dalam komunikasi tersebut sehingga kita dapat memperoleh pengetahuan baru disebut dengan persepsi. Jadi, dengan kata lain persepsi itu mengubah sensasi menjadi sebuah informasi (pengetahuan baru).

            Pengalaman yang pernah kita dapat, yang tidak memerlukan penguraian secara verbal, simbolis maupun konseptual, dan yang berhubungan dengan kegiatan panca indra termasuk ke dalam sensasi. Sebagai contoh, pengalamanku ketika harus berhadapan dengan para senior yang memandangku dengan raut muka yang sinis, sensasi yang kurasakan adalah rasa bingung, dan sedikit bercampur kesal. Begitu juga ketika berinteraksi dengan teman yang belum mandi, sensasi yang kurasakan adalah bau badannya yang cukup menyengat.

            Sedangkan suatu proses aktif timbulnya kesadaran yang bersifat stimultan terhadap suatu obyek yang merupakan faktor internal dan eksternal yang dialami oleh individu meliputi keberadaan objek, kejadian dan orang lain melalui pemberian nilai terhadap objek tersebut termasuk ke dalam persepsi. Sejumlah informasi yang kita dapat dari luar mungkin tidak kita sadari, diabaikan atau mungkin sering disalahartikan. Faktor penginderaan manusia yang kurang sempurna merupakan salah satu faktor penyebab sering terjadinya kesalahan persepsi. Hubungan antara persepsi dan sensasi tentunya saling berkaitan. Sensasi merupakan bagian dari persepsi, tetapi didalam prosesnya sensasi dan persepsi berbeda. Kalau sensasi penerimaan stimulus lewat indera sedangkan persepsi yaitu menafsirkan stimulus yang terdapat di dalam otak.

            Setiap dari kita memiliki kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman (experiences) dari setiap individu tentunya tidaklah sama. Maka dalam melakukan presepsi dan menerima sensasi dari suatu stimulus, hasil persepsi dan sensasi mungkin akan berbeda antara individu yang satu dengan individu lainnya. Sebagai contoh, aku dan temanku bernama Hariadi pernah ikut dalam sebuah training motivasi. Dalam training tersebut ada terdapat sesi ketika pembicara mencoba melakukan hypnosis massal kepada seluruh audience-nya.  Selama hypnosis berlangsung, aku merasakan sensasi seperti benar-benar melakukan kegiatan sesuai dengan instruksi sang pembicara. Dan persepsi yang timbul dalam diriku adalah bahwa aku sedang melakukan sesuatu. Berbeda dengan temanku Hariadi, mungkin karena tidak fokus mendengarkan instruksi dari si pembicara atau juga berpikir ke hal yang lainnya, sensasi yang dia dapat tentunya berbeda malah dia tertidur di saat-saat akhir sesi hypnosis itu. Hal ini menunjukkan bahwa proses penerimaan sensasi dan penentuan presepsi dari setiap individu bisa berbeda.


            Kita sebagai manusia memang mempunyai respon terhadap sensasi dan persepsi yang berbeda antar satu dengan yang lainnya. Dan pada hakikatnya, setiap individu manusia memiliki suatu ciri khas yang membedakannya dengan yang lain. Manusia sebagai makhluk sosial yang sekaligus juga makhluk individual, maka terdapat perbedaan antara  individu yang satu dengan yang lainnya (Wolberg, 1967). Adanya perbedaan inilah yang antara lain menyebabkan mengapa seseorang menyenangi suatu obyek, sedangkan orang lain tidak menyukainya. Hal ini tergantung bagaimana individu tersebut menanggapi obyek tersebut dengan persepsinya. Pada kenyataannya, sebagian besar sikap, tingkah laku dan penyesuaian (adjustment) ditentukan oleh persepsinya.
           Hasil interaksi antara dua faktor, yaitu faktor rangsangan sensorik yang tertuju kepada individu atau seseorang dan faktor pengaruh yang mengatur atau mengolah rangsangan itu secara intra-psikis. Faktor-faktor pengaruh tersebut dapat bersifat biologis, sosial dan psikologis. Karena adanya proses saling mempengaruhi antara kedua faktor tersebut, maka terjadilah suatu hasil interaksi tertentu yang bersifat "gambaran psikis". Seperti yang terjadi pada beberapa anak muda di lingkungan sekitar rumahku, karena terobsesi menjadi seorang rocker, dia sering mendengarkan lagu bergenre rock. Proses ini juga merupakan proses yang merangsang sensoriknya, dan teman-teman yang dekat dengannya juga suka dengan genre music yang sama pula. Teman-temannya inilah sebagai faktor pengaruh terhadap gaya (style) rock yang dimilikinya. Otomatis, dengan adanya hubungan yang terkait dari dua faktor tersebut (rangsangan sensorik dan pengaruh) akan mencerminkan gambaran psikis pada dirinya.

            Gambaran psikis merupakan bentuk nyata yang diperlihatkan kepada orang lain, dan tentunya akan menimbulkan berbagai macam persepsi dari  banyak orang. Gambaran psikis juga bisa dijadikan tolak ukur untuk menilai sisi psikologis seseorang.
Peran respon manusia dalam menerima sensasi dan menentukan persepsinya sangat berpengaruh terhadap pola perilakunya terhadap lingkungan sekitar. Oleh sebab itu, lebih bijak lagi kita sebagai manusia mampu untuk mengidentifikasi sensasi yang kita terima agar proses menentukan presepsi kita mengenai suatu obyek tidak menimbulkan masalah.

            Berkaitan dengan hal sensasi dan persepsi, pengaruh stimulus juga berpengaruh besar. Stimulus  adalah setiap sumber energi fisik yang menghasilkan respons pada organ penginderaan kita.  Stimulus bervariasi baik dalam hal tipe ataupun intensitas. Tipe-tipe stimulus yang berbeda mengaktifkan organ yang berbeda juga. Sebagai contoh, kita dapat membedakan stimulus cahaya (yang mengaktivasi indera penglihatan,sehingga kita dapat melihat warna dari sebuah pohon di musim semi) dari stimulus suara (yang, melalui indra pendengaran,membuat kita dapat mendengar suara dari pertunjukan musik).


Tidak ada komentar :

Posting Komentar